Focus Group Discussion (FGD)

Lil Kelud Lillahi Ta'ala

Tri Gili View

Bangunan penjara kolonial dilingkungan RMIT Melbourne, sekarang menjadi Musholla

Senin, 12 Mei 2014

KH. Imam Yahya Mahrus; Supel dalam bergaul, tegas dalam mendidik


Terlahir sebagai seorang pemenang
Pada tahun 1948 hingga 1949 terjadi sebuah agresi Belanda yang dikenal sebagai “aksi polisional kedua”. Di saat itu, KH. Mahrus Aly menghimbau seluruh santri Lirboyo untuk mengungsi ke beberapa tempat termasuk di bawah kaki gunung Klotok, Mojokudi, sementara Nyai Hj. Zainab diungsikan bersama dzurriyah putri lainnya di kediaman KH. Marzuqi Dahlan. Selang beberapa saat setelah santri-santri kembali ke Lirboyo, lahirlah seorang bayi mungil dari rahim Nyai Hj. Zainab yang diberi nama Imam Yahya. Beliau lahir bak seorang pemenang di saat suasana genting menyelimuti langit Kediri. Memang belum jelas tentang kepastian tanggal dilahirkannya Imam Yahya. Namun menurut Agus Reza (putra pertama Kiai Imam Yahya), dari surat-surat yang ada, tertera beliau lahir pada 01 Agustus 1949. KH. Mahrus (ayahanda Kiai Imam) memberi nama Imam Yahya yang diambil dari nama pemimpin Yaman tahun 40-an, Imam Yahya yang berjuluk Amir al-Muslimin, seorang ahli politik, strategi dan ilmu alat (Nahwu-Sharaf). Tentu, harapannya kelak Imam Yahya menjadi sosok seperti Imam Yahya, Sang Amir al-Muslimin.